PANTANGAN SABTU PAHING SEBAGAI BUKTI PENGHORMATAN KEPADA LELUHUR YANG DIPERCAYA MASYARAKAT KARASIDENAN BANYUMAS
Abstract
Sabtu Pahing adalah hari Sabtu yang bertepatan dengan pasaran Jawa Pahing. Dalam kalender Jawa, terdapat lima pasaran, yaitu Wage, Kliwon, Legi/Manis, Pahing, dan Pon. Bagi masyarakat Karesidenan Banyumas, Sabtu Pahing merupakan hari yang dianggap pantang untuk melakukan perjalanan. Hal ini berkaitan dengan peristiwa wafatnya Adipati Warga Utama I, Adipati Wirasaba, yang dibunuh oleh prajurit utusan Sultan Hadiwijaya dari Kraton Pajang. Larangan bepergian pada Sabtu Pahing menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, khususnya Adipati Warga Utama I. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, hari kematian leluhur merupakan hari sakral yang harus dihindari untuk melakukan hajat besar, seperti pernikahan, khitanan, bepergian, atau mendirikan rumah. Makna tersirat dari pantangan ini adalah sebagai pengingat akan kematian, perenungan terhadap Tuhan, dan wujud penghormatan terhadap leluhur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah Pantangan Sabtu Pahing yang ada di Karesidenan Banyumas serta berbagai larangan yang berlaku pada hari tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data dari berbagai jurnal dan artikel. Hasil penelitian ini mendeskripsikan sejarah pantangan Sabtu Pahing dan manfaat energi dari hari Sabtu Pahing bagi masyarakat Banyumas. Selain itu, dalam penelitian ini juga menunjukkan hubungan Sabtu Pahing dengan kearifan lokal.
Keywords
References
Achjar, K. A. H., Rusliyadi, M., Zaenurrosyid, A., Rumata, N. A., Nirwana, I., & Abadi, A. (2023). Metode penelitian kualitatif: Panduan praktis untuk analisis data kualitatif dan studi kasus. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Alfarisi, A. S., Firdayani, F. A., Safitri, A. A., Ariyanti, F., & Handi, A. B. (2019). Mitos dan budaya kaapunan masyarakat Gantung, Belitung Timur di tengah masyarakat global-mulikultural. Buletin KKNDik, 1(1).
Aslan, A. (2017). Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Budaya Pantang Larang Suku Melayu Sambas. Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin, 16(1), 11-20.
Hastuti, N. H., & Supriyadi, A. (2020). Memperhatikan karakteristik budaya dalam fenomena kehidupan bermasyarakat. Adi widya: jurnal pengabdian masyarakat, 4(2), 131-141.
Heriyanti, K., & Hartaka, I. M. (2022). Relevansi Mitologi Dalam Meningkatkan Keyakinan Umat Beragama. Genta Hredaya: Media Informasi Ilmiah Jurusan Brahma Widya STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 5(2), 164-172.
Ismayani, A. (2019). Metodologi penelitian. Syiah Kuala University Press.
Kamarudin, L. (2021). Budaya Bereqe Sasak Lombok Sebagai Upaya Melestarikan Nilai Religius dan Jati Diri Masyarakat Montong Baan Kecamatan Sikur Lombok Timur. Berajah Journal, 1(1), 43-49.
Priyadi, S. (2000). Budaya Lokal Banyumas Membangun Integrasi Bangsa. Jurnal Antropologi, 4(1), 541-545.
Priyadi, S. (2000). Fenomena Kebudayaan yang Tercermin dari Dialek Banyumasan. Humaniora, 12(1), 120-129.
Septemiarti, I., & Dasyah, S. (2023). Penguatan Kecerdasan Perspektif Budaya Dan Kearifan Lokal (ANTROPOLOGIS). Jurnal Literasiologi, 10(1).
DOI: 10.33751/jsalaka.v5i2.11871
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.