Dongeng sebagai Media Pencitraan Perempuan dalam Budaya Patriarkat
Abstract
Stigma negatif sudah melekat dalam diri perempuan. Hal ini tergambar dalam dongeng. Perempuan harus mengikuti stereotipe agar bisa dapat dianggap normal dan diakui oleh masyarakat. Perempuan diharuskan untuk pasrah dan tidak berdaya. Namun, jika perempuan berpendirian, ia dianggap manipulatif dan jahat. Padahal, perempuan adalah sosok penting dan berpengaruh dalam pewarisan dongeng dari satu generasi ke generasi. Hal tersebut terjadi karena budaya patriarkat yang terdapat di masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisis citra perempuan di dalam dongeng Grimm Bersuadara dan dongen nusantara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggambaran seorang perempuan di dalam dongeng merepresentasikan ketidakberdayaan dirinya atas dominasi yang dilakukan oleh laki-laki.
Keywords
References
Ahimsa-Putra, H. S. (2013). Strukturalisme Levi Strauss, Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: KEPEL PRESS.
Blair, E. (2015, Oktober 28). Why Are Old Women Often The Face of Evil in Fairy Tales and Folklore? Dipetik Juli 01, 2021, dari npr.org: https://www.npr.org/2015/10/28/450657717/why-are-old- women-often-the-face-of-evil-in-fairy-tales-and-folklore
Danadjaja, J. (1985). Folklor Indonesia. Jakarta: PT Temprint.
Federici, S. (2020). Perempuan dan Perburuan Penyihir. Yogyakarta : Penerbit Independen. Harjito. (2021, Juni 29). Resistensi Perempuan dalam Cerita Anak Tradisional. Dipetik Juli 1, 2021, dari Kanal Pengetahuan Fakultas Ilmu Budaya UGM: https://www.youtube.com/watch?v=fZ4LWv0OGBg
Neikirk, A. (t.thn.). Happily Ever After (or What Fairy Tales Teach About Being Woman). Anthropology 324 Essay, 38 - 42.
Propp, V. (1968). Morphology of the Folktale. Austin: Indiana Universiy Research Center of Anthropology and Folklore.
DOI: 10.33751/jsalaka.v4i1.5671
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.