Sastra Lekra dalam Estetika dan Ekspresi Penciptaan: Menilai Utuy Tatang Sontani
Abstract
ABSTRAK
Membaca karya sastra Lekra tidaklah berbeda dengan membaca karya sastra umumnya. Hanya yang mengikat†mereka adalah anutannya pada suatu lembaga dan pilihan ekspresi meskipun di lapangan pilihan ekspresi adalah sesuatu yang biasa karena batas-batas politis dan nonpolitis adalah yang sulit dilacak konsistensinya.
Hal ini tergambar dari bagaimana sastrawan Lekra mengungkapkan dirinya, mereka bisa dengan narasi dan pesan yang serius, santai, humor, dan tetap ekspresif. Kecenderungan untuk apolitis dalam karya dapat dimaklumi bahwa pilihan mengungkapkan diri akan ditentukan oleh suasana hati dan pilihan topik yang tengah mereka sampaikan.
Membaca karya sastrawan Lekra kemudian adalah melihat mereka dari sisi kemanusiaan yang erat kaitannya dengan sudut pandang, gaya berbahasa, dan cara bagaimana mereka mengungkapkan diri. Tidak semuanya serba bombastis, bahkan mereka tetap leluasa dan nyaman mengungkapkan suasana hati penciptaan kala itu.
References
DAFTAR PUSTAKA
Aleida, Martin. 2013. Langit Pertama, Langit Kedua. Jakarta: Peerbit Nalar.
------------------- 2014. Leontin Dewangga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. TT. Sangkuriang†Dalam http://ceritanak.org. Diunduh pada Kamis, 30 Mei 2019.
Ismail, Yahya. 1972. Pertumbuhan, Perkembangan, dan Kejatuhan Lekra di Indonesia.
Jakarta.
TN. TT. Dalam http://samarata-samarasa.blogspot.com/2009/08/apresiasi-atas-kreasi-puisi-penyair.html. Diunduh pada Kamis, 30 Mei 2019.
Sontani, Utuy Tatang. 2002. Sang Kuriang. Jakarta: Balai Pustaka.
--------------------------. 2014. Si Kabayan. Jakarta: Penerbit Pustaka Jaya.
Suwarna, Dadan. 2013. Sangkuriang dalam Perspektif Dekonstruksi Derridaâ€. Dalam Lina
Meilinawati dan Safrina Noorman (ed.) Sastra Bandingan Menelisik Teks Bandung: Balatin.
DOI: 10.33751/wahana.v25i1.1216
Refbacks
- There are currently no refbacks.